“Tulisan ini adalah rangkuman dari tulisan asli pelaku tanpa
melebih-lebihkan bahkan menyimpangi kejadian yang sebenarnya. nama-nama
pelaku,nama satgas, serta daerah kejadian saya samarkan dengan tujuan
agar kerahasiaan pelaku-pelaku didalamnya dapat terjaga.”
“Kisah ini bukanlah kisah operasi
pembebasan sandera di mapenduma bahkan tidak ada hubunganya dengan
tragedi penyanderaan itu namun kisah ini terjadi beberapa tahun silam
sebelum terjadinya tragedi penyanderaan di mapenduma”
Irian Jaya 1987, saat itu pasukan komando diterjunkan di bumi
cendrawasih dengan tugas membendung aksi separatisme yang kian marak
terjadi, pasukan itu diberi nama satgas M…., satgas itu dipecah menjadi 5 Regu kecil yang di pimpin oleh Perwira berpangkat Letnan dan ada juga Bintara berpangkat Sersan. Dan satu Regu inti yang dipimpin oleh seorang Perwira pertama berpangkat Kapten dimana regu-regu yang tergabung dalam
satgas M…. itu ditempatkan di beberapa daerah rawan di Irian Jaya,
seluruh anggota satgas ini pada awalnya ditempatkan secara terbuka dan
membaur dengan masyarakat walhasil satgas ini cukup diterima oleh para
penduduk didaerah dimana mereka ditempatkan, hal tersebut terbukti
dengan disambutnya mereka semenjak kedatangan pertama kalinya kedaerah
tersebut, sebenarnya ada salah satu regu yang merasa dongkol karena
dikelabui oleh oleh sikap ramah penduduk yang awal mulanya menawarkan
mereka untuk bermalam disalah satu rumah yang menurut seorang kepala
desa dan juga warga sekitar adalah tempat yang aman, namun karena regu
itu melihat kepolosan dan niat baik warga yang ramah terhadap mereka
sehingga sang Danru yang berpangkat sersan kepala itu menerima ajakan
tersebut dengan senang hati, kemudian Danru memerintahkan seluruh
anggotany untuk menaruh ransel dan beristirahat dirumah yang telah
disediakan itu, Danru pun menyusul anggotanya yang sudah terlebih dulu
masuk kerumah karena sebelumnya ia bercakap-cakap dulu dengan kepala
desa di halaman rumah itu, lalu sekitar pukul 20:00 kepala desa dan
beberapa warganya membawa makanan yang khusus dibuatkan untuk menjamu
regu itu, lalu merekapun (regu) melahap dan menikmati makanan itu karena
mereka (regu) menyadari sejak kedatangannya siang tadi mereka belum makan
sedikitpun lalu setelah mereka makan, mereka pun sempat
berbincang-bincang untuk mengakrabkan dengan warga namun tak terasa
waktu sudah larut malam bahkan bisa dikatakan sudah tengah malam lalu
warga pun pulang, setelah itu Danru membagi 2 giliran untuk berjaga
diteras, dimana 3 orang berjaga dan 3 lainya serta Danru beristirahat
tidur.
*KONTAK TEMBAK PERTAMA*
Kurang lebih baru sekitar 45 menit 3 personil yang mendapat kesempatan berjaga giliran pertama, rumah itu dihujani peluru oleh sekelompok orang tak dikenal "TANG ! TANG ! TANG ! TANG !" terdengar suara tembakan, dan ternyata setelah dilakukan pengejaran dan berhasil menangkap, sekelompok orang yang memuntahkan peluru kearah rumah itu adalah OPM yang mendapat laporan dari kepala desa dan warga tadi, ternyata kepala daerah dan beberapa warga tersebut memang diancam OPM untuk melapor apabila ada pasukan yang berada TNI dikampungnya. memasuki minggu kedua satgas M…. bertugas, hampir seluruh regu telah mengalami kontak tembak, bahkan ada salah satu regu yang telah mengalami sebanyak 3 kali kontak tembak dengan kelompok separatis.
Menginjak bulan kedua pada masa penugasan 3 dari 6 regu diperintahkan untuk mengikis musuh di hutan-hutan, mereka setidaknya akan menjadi penghuni hutan selama 2 bulan, karena setiap 2 bulan sekali mereka akan berganti posisi dengan 3 regu lainya di kota, mereka yang bertugas menjadi penghuni hutan bertugas melakukan pengejaran bahkan tidak jarang juga melakukan penyerbuan sehingga nama satgas ini dikalangan musuh cukup ditakuti, dikarenakan satgas ini dalam berbagai kontak tembak sering sekali berhasil menembak mati musuhnya dan juga cukup membuat musuh kewalahan dan juga tidak jarang pula satgas itu melakukan penyerangan dan penyergapan yang tidak terduga bahkan sulit ditebak terhadap basis-basis musuh di pedalaman hutan di Irian Jaya. Pada saat rotasi pertama yaitu tepatnya pada saat menginjak bulan ke 4 pasukan yang bertugas dihutan mendapat tugas yang cukup berat yaitu karena pada saat 3 hari setelah mereka melakukan rotasi dengan regu yang bertugas sebelumnya terjadi penculikan terhadap 2 orang warga sipil asal Pulau Jawa yang berprofesi sebagai jurnalis, kedua orang itu diculik dan ditawan oleh opm ketika dia mewawancarai warga salah satu suku pedalaman didaerah W….. tujuan mereka datang ke irian adalah untuk menulis tentang bagaimana kehidupan suku pedalaman di irian. berita tentang penculikan tersebut didapat dari beberapa orang warga yang menjadi saksi dan juga diyakinkan oleh berita intelijen dilapangan
*MINUM AIR KUBANGAN BABI*
Kabar penculikan tersebut tersiar hingga Jakarta sehingga petinggi militer pun memerintahkan pasukan TNI untuk membebaskan drama penculikan tersebut, dan ternyata regu 4 dan 5 dari satgas M lah yang diberi amanat untuk membebaskan sandera tersebut dikarenakan posisi kedua regu itulah yang paling dekat dengan sasaran, setelah mendapat Perintah Operasi dari Dan Satgas mereka pun berangkat menjalankan operasi yang telah diperintahkan dimana regu 4 diperintahkan sebagai penyerbu dan penjemput sandera sedangkan regu 5 sebagai penutup pelarian. Menurut berita intelijen penyandera menyekap sandera tersebut disebuah hutan di pegunungan didaerah W….., regu 4 berangkat terlebih dahulu dengan selang waktu kurang lebih 1/2jam dan disusul regu 5, perjalanan menuju sasaran kurang lebih memakan waktu 2 hari dengan berjalan kaki, regu tersebut hanya membawa logistik makanan seminim mungkin yang sepertinya memang tidak cukup untuk 2 hari, hal tersebut dikarenakan bahwa posisi target yang tidak terlalu jauh serta agar kerahasiaan operasi tetap terjaga dimana mereka mengantisipasi akan adanya beberapa pos tinjau opm, mereka membawa senjata serta peluru sedikit lebih banyak sebagai cadangan dan tak lupa juga membawa air yang mereka isikan pada peples.
Setelah melakukan pengendapan selama
kurang lebih 18 jam kedua regu itu memutuskan untuk beristirahat makan
dan tidur sejenak, mereka beristirahat dibawah rimbunya dedaunan bahkan
ada pula yang tertidur di atas dahan pepohonan setelah kurang lebih 3 jam
mereka beristirahat mereka melanjutkan kembali pengendapan namun
sekarang regu 5 mengendap bersama-sama dengan regu 4, setelah lebih
kurang 8 jam mereka mengendap ternyata mereka menyadari bahwa seluruh air
dalam peples personil sudah habis sedari mereka terakhir beristirahat
beberapa jam lalu dan dehidrasi pun tidak dapat dihindari namun mereka
tetap melanjutkan pengendapan, tak disangka setelah 1 jam mereka berjalan
betapa senangnya mereka karena menemukan sebuah genangan air atau bisa
juga disebut kolam kecil meskipun air tersebut keruh bahkan berwarna
cokelat ternyata setelah diamati air itu adalah air bekas kubangan babi,
namun tanpa berpikir panjang seluruh anggota pun meminumnya bahkan ada
sebagian yang menggunakan helmnya sebagai gelas bahkan ada pula yang
mengisi peplesnya dengan air tersebut, mereka pun melanjutkan kembali
perjalananya, setelah mereka berjalan kurang lebih 3 jam mereka mendengar
suara gemuruh seperti suara air di sungai lalu mereka mendekat ke arah
suara tersebut berasal dan ternyata dugaan mereka benar, suara itu
memang suara gemuruh air sungai dengan air yang jernih, melihat sungai
itu beberapa anggotapun mengumpat karena betapa dongkolnya mereka karena
jika saja mereka bersabar untuk tidak meminum air kubangan babi tadi,
tanpa ada yang mengkomando semua personil pun meminum air sungai yang
jernih tersebut untuk memuaskan dan melampiaskan rasa kesal mereka
bahkan air dalam peples yang mereka isi dengan air kubangan babi tadi
pun mereka buang dan mereka ganti dengan air yang jernih itu.
*PEMBEBASAN SANDERA*
Pada saat mereka akan bergegas untuk melanjutkan perjalanan bahkan ada
beberapa prajurit yang masih meminum air terdengar suara desingan peluru
yang ternyata mengarah kepada mereka dan seorang letda danru 4 melihat
dari kejauhan ada 6 orang opm bersenjata yang salah satunya memuntahkan
peluru lalu 6 orang opm itu pun berlari, melihat itu Letda pun
berteriak sangat keras ia meneriakan KOMANDO!!!! dimana teriakan itu
adalah teriakan khas mereka bila bertemu musuh di hutan kemudian seluruh
prajurit pun meneriakan komando pula seraya berlari mengejar orang-orang
yang menembaki mereka, mungkin karena setelah belasan jam mengendap
tetapi baru sekarang prajurit-prajurit itu menemukan musuh sehingga
mereka bersemangat mengejar bahkan sesekali mengeluarkan tembakan kearah
opm itu, ternyata peluru yang mereka tembakan tidak sia-sia karena
tembakan-tembakan itu mengenai dan melumpuhkan 4 dari 6 orang opm itu
namun 2 lainya berhasil kabur, tembakan itu mengenai 4 orang dimana 3
orang tewas seketika dan satu orang lainya sempat diinterogasi sebelum
akhirnya tewas juga, lokasi kontak tembak dengan sasaran sekitar 10 jam dan
diperkirakan 6 orang opm tadi berasal dari pos tinjau yang berada tidak
terlalu jauh dengan sasaran
.
Tak lama setelah kontak tembak usai kedua
regu itu melakukan perjalananya kembali namun setelah mereka berjalan
kurang lebih 4 jam dari posisi sebelumnya mereka mendapatkan informasi
intelijen bahwa pihak penyandera telah mengetahui akan kedatangan mereka
sehingga apabila kedua regu itu memaksa mendekati tujuan maka sandera akan
langsung dieksekusi namun pihak penyandera (OPM) terkesan seperti
menantang regu tersebut karena opm telah mengetahui bahwa pasukan yang
akan membebaskan sandera itu adalah prajurit baret merah maka pihak
penyandera (OPM) memberi syarat apabila menginginkan sandera bebas dan
keluar secara hidup-hidup sandera tersebut harus dijemput aleh seorang
prajurit (seorang diri) tanpa membawa senjata, radio, bahkan sangkur (pisau
komando) setelah mendiskusikan hal tersebut melalui radio terhadap
kapten (dansatgas) yang berada dikota maka diambil keputusan untuk
menyanggupi syarat-syarat yang diajukan Opm itu dan mengenai siapa
prajurit yang akan menjemput, kapten tersebut menyerahkan keputusannya
terhadap kedua regu itu mengingat bahwa merekalah yang paling dekat
dengan target, maka kedua regu yang berjumlah 14 personil itu pun mengundi
siapa yang akan berangkat untuk menjemput dan didapatlah
seorang bintara berpangkat sersan kepala dimana ia tak lain adalah danru
5.
Namun hal itu pertamanya ditentang oleh
danru 4 yang berpangkat letda bahwa seharusnya ialah (danru4) yang
berangkat karena ia (danru 4) takut bahwa opm tidak akan menepati janjinya
sehingga takut jika danru 5 yang berangkat tidak akan kembali membawa
sandera dalam keadaan hidup-hidup bahkan prajurit yang menjemputpun akan
ikut dibunuh, sehingga ia (danr u4) rela mengambil resiko untuk berangkat
menjemput sandera karena mengingat dia (danru 4) adalah satu-satunya
perwira di kedua regu tersebut namun danru 5 tetap bersikukuh bahwa
memang ialah (danru 5) yang harus berangkat karena dia (danru 5) yakin bahwa
penyandera akan menepati janji, lalu sang serka itu pun berbicara sambil
tersenyum pada letda dan mengatakan “biar saya yang berangkat, soalnya
bapak kan belum sempat nikah, dan saya yakin tuhan bersama saya”
mendengar kata-kata itu sang letda dan seluruh personil lain pun
terlihat cemas.
Kemudian berangkatlah sang serka tersebut
dengan bermodal keberanian serta nalurinya yang percaya bahwa musuh
akan menepati janjinya sebelum berangkat sang serka melepas helm yang
dikenakannya dan menggantinya dengan baret asal kesatuanya yaitu baret
merah lalu letda itu menyarankan agar ia (danru 5) membawa pistol dan
diikatkan dikaki namun sang serka pun kembali menolak, serka itu harus
menempuh perjalanan kurang lebih 6 jam menuju sasaran, ia berjalan sembari
mebaca do’a yang saat itu terlintas dipikiranya dengan maksud agar ia
tak gentar apabila bertemu musuh nanti, setelah berjalan selama 4 jam ia
bertemu 2 orang anggota opm yang bersenjatakan senapan laras panjang
yang ternyata ditugaskan untuk menjemput dia, kemudian salah satu
anggota opm itu memeriksa badan dia (danru 5) dengan maksud memastikan
bahwa dia memang tidak membawa senjata, setelah opm itu benar-benar
percaya bahwa memang tidak ada senjata yang disembunyikan lalu kedua
mata serka pun ditutup seutas kain, dan merekapun melanjutkan
perjalanan, sang serka berjalan sembari dibayang-bayangi oleh opm yang
tak henti-hentinya menodongkan senapan, setelah mereka berjalan selama
kurang lebih 2 jam sampailah mereka di suatu gubuk yang terlihat cukup
besar yang disekelilingnya dikelilingi oleh anggota-anggota opm yang
bersenjata senapan laras panjang hingga panah lengkap beserta anak
panahnya, terlihat sekali tatapan anggota opm-opm itu yang sepertinya
tidak sabar untuk segera menembak dia (danru 5). Lalu dari dalam gubuk
terlihat seorang pria paruh baya yang tak lain adalah pemimpin basis opm
daerah itu berjalan keluar menemuinya, lalu serka tadipun diajaknya
masuk kedalam dan diperlihatkanlah kondisi kedua sandera yang terlihat
sehat walaupun wajah mereka terlihat sangat pucat, lalu pemimpin opm
tadi memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan ikatan yang terikat
pada tangan dan kaki kedua sandera tersebut, setelah ikatan tadi
terlepas sang serka melihat ekspresi bahagia dari kedua sandera tadi
lalu mereka bertiga (2 sandera dan serka) diajak oleh pemimpin opm tadi
untuk memakan buah merah disalah satu ruangan, kedua sandera tersebut
terlihat sangat lahap sekali sehingga sang serka pun tersenyum, ketika
sang serka melahap buah merah tadi pemimpin opm berbicara bahwa “baru
sekali ini saya melihat kedamaian datang dari seorang prajurit TNI,
karena kalian biasanya datang untuk menembak kami namun kali ini tidak”
lalu serka pun menjawab “saya datang kesini tidak lebih hanya untuk
menjalankan tugas saya menjemput sandera” mendengar jawaban serka
tersebut pemimpin opm itu terharu lalu mengajak mereka bertiga berfoto
bersama, seusai berfoto ketiga orang tersebut (2 sandera dan serka)
berpamitan untuk pulang dan berjalan keluar dari dalam gubuk itu
ternyata pemimpin opm tadi memanggil dan terlihat membawa sebuah benda
berbentuk kotak dan berukuran kecil yang ternyata adalah walkman, lalu
walkman itu pun diberikanya kepada sang serka sebagai sebuah
kenang-kenangan lalu sang serka pun melepaskan sebuah jam tangan yang
dipakai pada lengan kananya dan diberikan untuk pemimpin opm tadi
sembari berbisik “ini adalah tanda bahwa saya pernah datang kesini,
tolong disimpan” lalu ketiga orang itu pun (2 sandera dan serka) berjalan
untuk pulang dengan mata tertutup kain hitam dengan dikawal dua orang
anggota opm bersenjata yang mengantar hingga jarak kurang lebih satu jam
menjauh dari gubuk tadi dan akhirnya ketiga orang itu ditinggalkan oleh
dua orang opm tadi yang langsung lari menjauh, dan akhirnya sang serka
melepaskan ikatan kain penutup tadi dari kepalanya dan kedua sandera itu
lalu mereka melanjutkan kembali berjalan dan beberapa jam kemudian
mereka sampai di tempat kedua regu (4 dan 5) itu berkumpul, mereka
datang dengan disambut penuh kegembiraan dan keharuan.